Bojonegoro – Kedung Maor sempat menjadi obyek yang cukup nge
hit di pertengahan tahun 2016 ini. Ada juga yang menyebutnya dengan air
tak kunjung kering, karena memang air di tempat tersebut hampir selalu
terisi, meskipun di musim kemarau. Selain panorama yang unik, Kedung
Maor yang berada di kawasan Kedung Maor terletak di kawasan hutan Resort
Pemangkuan Hutan (RPH) Tretes, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
Bojonegoro, masuk di wilayah Kecamatan Temayang ini mempunyai sejumlah
fakta menarik. Berikut adalah sebagian fakta unik dari salah diantara 7
Keajaiban Bojonegoro versi rakyatem.
Bukan Cekungan
Kedung biasanya berupa cekungan bumi yang kemudian terisi air, namun berbeda dengan Kedung Maor. Berdasarkan penelitian geologi, ternyata Kedung Maor adalah sebuah kumbung dari perut
bumi yang terangkat ke permukaan bumi karena sebuah proses geo thermal.
Kumbung adalah semacam istilah untuk struktur batuan di dalam bumi yang biasanya terisi minyak bumi. Jadi, melihat Kedung Maor itu sama artinya dengan melihat isi perut bumi.
Lihat Info wisata lainnya DISINI
Jejak Purbakala
Bila mau teliti, di salah satu bagian tepian Kedung Maor bakal dengan mudah ditemukan jejak kaki hewan purbakala. Yakni sekumpulan jejak yuyu (semacam kepiting kecil) yang telah membatu. Bahkan, menurut teori geologi, keberadaan jejak yuyu itu merupakan sebuah temuan yang istimewa.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Badan Geologi Nasional, diperkirakan tinggalan bumi di Kedung Maor itu telah berusia 27 juta tahun. Selain jejak yuyu yang telah membatu, terkadang ditemukan pula fosil-fosil hewan laut, seperti kerang.
Air Tak Kunjung Kering
Saat musim kemarau, ada keunikan tersendiri di Kedung Maor, selain pasokan air dari Kali Soko yang jernih dan mengalir mengikuti lekuk bumi, kemudian membentuk air terjun diantara bongkahan besar batu, sumber air lainnya berasal dari bagian dalam atas Kedung Maor.
Pori-pori tebing Kedung Maor terus mengucurkan air, bahkan di bagian lain, terdapat sebuah sungai kecil diantara lebatnya hutan dan mengarah ke Kedung Maor. Semuanya dapat ditempuh dengan aman dengan berjalan kaki.
Namun, saat musim penghujan, sangat tidak disarankan melakukan aktifitas seperti saat musim kemarau. Terkadang, air bah datang dengan tiba-tiba dengan kekuatan yang sangat mengerikan. Jejak kerusakan dapat terlihat di bagian ujung Kedung Maor, dimana bongkahan bangunan berukuran besar berserakan.
Lihat update berita sepak bola tanah air dan Mancanegara DISINI
Waduk
Lokasi Kedung Maor cukup mudah ditemukan, warga setempat telah memasang petunjuk arah menuju ke Kedung Maor. Menjadi menarik, selain sebagai jejak bumi (geo herritage) lokasinya juga tak jauh dengan Waduk Pacal dan calon Waduk Gongseng.
Belum ada data mengenai apakah Kedung Maor bakal terdampak dari pembangunan Waduk Gongseng, yang jelas Kedung Maor yang mempunyai pemandangan sangat alami bakal menjadi tempat refreshing, memanjakan mata dengan visual kontras dari Waduk Gongseng.
Demikianlah fakta-fakta di Kedung Maor yang menjadikannya layak disebut sebagai salah satu dari 7 Keajaiban Bojonegoro. Masih banyak fakta lain yang mungkin sebaiknya dirasakan langsung dengan mengunjungi dan menjelajahinya. Sangat direkomendasikan untuk mengunjungi Kedung Maor pada musim kemarau, lebih aman dan dapat menjelajah hingga ke sudut-sudutnya. (red/esp)
Bukan Cekungan
Kedung biasanya berupa cekungan bumi yang kemudian terisi air, namun berbeda dengan Kedung Maor. Berdasarkan penelitian geologi, ternyata Kedung Maor adalah sebuah kumbung dari perut
bumi yang terangkat ke permukaan bumi karena sebuah proses geo thermal.
Kumbung adalah semacam istilah untuk struktur batuan di dalam bumi yang biasanya terisi minyak bumi. Jadi, melihat Kedung Maor itu sama artinya dengan melihat isi perut bumi.
Lihat Info wisata lainnya DISINI
Jejak Purbakala
Bila mau teliti, di salah satu bagian tepian Kedung Maor bakal dengan mudah ditemukan jejak kaki hewan purbakala. Yakni sekumpulan jejak yuyu (semacam kepiting kecil) yang telah membatu. Bahkan, menurut teori geologi, keberadaan jejak yuyu itu merupakan sebuah temuan yang istimewa.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Badan Geologi Nasional, diperkirakan tinggalan bumi di Kedung Maor itu telah berusia 27 juta tahun. Selain jejak yuyu yang telah membatu, terkadang ditemukan pula fosil-fosil hewan laut, seperti kerang.
Air Tak Kunjung Kering
Saat musim kemarau, ada keunikan tersendiri di Kedung Maor, selain pasokan air dari Kali Soko yang jernih dan mengalir mengikuti lekuk bumi, kemudian membentuk air terjun diantara bongkahan besar batu, sumber air lainnya berasal dari bagian dalam atas Kedung Maor.
Pori-pori tebing Kedung Maor terus mengucurkan air, bahkan di bagian lain, terdapat sebuah sungai kecil diantara lebatnya hutan dan mengarah ke Kedung Maor. Semuanya dapat ditempuh dengan aman dengan berjalan kaki.
Namun, saat musim penghujan, sangat tidak disarankan melakukan aktifitas seperti saat musim kemarau. Terkadang, air bah datang dengan tiba-tiba dengan kekuatan yang sangat mengerikan. Jejak kerusakan dapat terlihat di bagian ujung Kedung Maor, dimana bongkahan bangunan berukuran besar berserakan.
Lihat update berita sepak bola tanah air dan Mancanegara DISINI
Waduk
Lokasi Kedung Maor cukup mudah ditemukan, warga setempat telah memasang petunjuk arah menuju ke Kedung Maor. Menjadi menarik, selain sebagai jejak bumi (geo herritage) lokasinya juga tak jauh dengan Waduk Pacal dan calon Waduk Gongseng.
Belum ada data mengenai apakah Kedung Maor bakal terdampak dari pembangunan Waduk Gongseng, yang jelas Kedung Maor yang mempunyai pemandangan sangat alami bakal menjadi tempat refreshing, memanjakan mata dengan visual kontras dari Waduk Gongseng.
Demikianlah fakta-fakta di Kedung Maor yang menjadikannya layak disebut sebagai salah satu dari 7 Keajaiban Bojonegoro. Masih banyak fakta lain yang mungkin sebaiknya dirasakan langsung dengan mengunjungi dan menjelajahinya. Sangat direkomendasikan untuk mengunjungi Kedung Maor pada musim kemarau, lebih aman dan dapat menjelajah hingga ke sudut-sudutnya. (red/esp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar